Salah satu yang kemudian mejadi sulit dalam penemuannya yakni branding desa wisata Pandanrejo. Seperti halnya desa-desa lain di kawasan Perbukitan Menoreh, Desa Wisata Pandanrejo mempunyai kontur geografis yang bisa dikatakan serupa. Hal ini mendorong desa-desa di kawasan ini mempunyai hubungan yang erat dalam hal penghidupan.
Dari sosial kemasyarakatan dengan desa sekitar dengan basic chemistry yang sama ini menghasilkan budaya yang juga serupa. Pola kehidupan masyarakat, atraksi seni, budaya, menjadi tidak jauh berbeda. Meski secara administratif desa-desa ini berbeda wilayah, mulai dari Kulonprogo, DI Yogyakarta, hingga Magelang dan Purworejo di Jawa Tengah.
Ditambah lagi dengan kondisi geografis pegunungan yang notabene satu barisan, menjadikan destinasi dan atraksi mempunyai jualan yang serupa pula.
Hal ini yang kemudian mendasari kajian potensi desa wisata Pandanrejo untuk lebih detail menemukan diferensiasi produk dibandingkan dengan desa wisata sekitar. Dalam perkembangannya juga mengolah diversifikasi produk jual untuk pengayaan paket, baik itu dari atraksi, homestay, kuliner, maupun paket wisata lainnya.
Dari pengumpulan data verbal dan visual, riset, dan juga kajian potensi desa, kemudian ditemukan beberapa potensi kuat untuk branding desa wisata Pandanrejo yang mampu bersaing dengan desa wisata sekitar.
Exposure Kambing PE Ras Kaligesing
Kambing PE atau peranakan etawa merupakan peranakan kambing jamnapari dari India dengan kambing lokal Indonesia. Sekitar 1930-an, pemerintah kolonial Belanda membawa kambing jamnapari ke Jawa, salah satunya adalah di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Awal penyilangan kambing jamnapari adalah agar kambing menghasilkan produk susu yang baik namun tetap tahan dengan kondisi lingkungan lokal. Dari beberapa tempat, kambing hasil peranakan di Kaligesing ternyata mempunyai keunikan tersendiri. Selain ketahanan terhadap lingkungan lokal, bentuk kambing PE ras Kaligesing juga unik, memiliki tekstur kepala yang menonjol atau roman nosed, serta daun telinga panjang yang melipat.
Keunikan PE ras Kaligesing ini kemudian lebih disukai hobiis, menggeser fungsi kambing budidaya, karena bentuk fisik kambing yang memang cantik. Menciptakan banyak sekali kontes, dari lingkup kecil hingga tingkat nasional. Dari pergeseran menjadi kambing kontes ini membawa perubahan diantaranya,
- Harga kambing PE Ras Kaligesing menjadi tinggi, bahkan untuk kelas juara kontes bisa sampai 500 juta rupiah. Tingginya harga ini kemudian meningkatkan perekonomian, memunculkan farm-farm kambing dan membentuk sub pekerjaan baru peternakan. Dari support system penyediaan pakan, pemeliharaan, produk susu, hingga kepengelolaan kontes. Banyak hal tersebut membentuk pola penghidupan yang unik, dan mempunyai nilai story telling berbeda dari kawasan lainnya.
- Seiring trendingnya kontes, transaksi jual beli kambing PE juga semakin prestisius. Pandanrejo beruntung mempunyai pasar Pendem, yang selain usianya cukup tua dari jaman Belanda, juga strategis di perbatasan Purworejo dan Yogyakarta. Titik ini menjadi masuk akal dipilih mengingat jalur lama menembus perbukitan Menoreh belum sebaik sekarang ini. Pasar Pendem menjadi pasar jual beli kambing PE ras Kaligesing. Meski keberadaannya sekarang digeser ke Pasar Seton di seputar balai desa karena kapasitas, namun nama Pendem sudah sangat melegenda di kalangan peternak kambing PE seantero Jawa. Dinamai Pasar Seton
Selanjutnya dari kajian di Pandanrejo selama lebih dari 13 bulan, dapat disimpulkan kenapa posisi kambing PE ras Kaligesing menjadi point branding paling utama untuk desa wisata Pandanrejo.
- Membawa nama Kaligesing, yang membawa branding lokasi yang kewilayahan cukup sempit untuk kompetitor.
- Letak administratif Pandanrejo cukup meyakinkan originalitas produk kambing PE ras Kaligesing.
- Ras Kaligesing sudah terverifikasi oleh Perkanas maupun pemerintah melalui dinas terkait.
- Diferensiasi produk unggulan, Pandanrejo menjadi titik terbanyak jumlah farm maupun hitungan jumlah kambing.
- Penguasaan diversifikasi produk turunan, mulai dari bibit, susu, sampai produk atraksi seperti kontes, grooming, breeding, dan lain-lain.
- Aktifitas penghidupan masyarakat sehari-hari. Kegiatan atraksi seputar kambing low cost maintenance, real time.
Penguatan branding desa dengan lebih banyak memasukkan ikon kambing PE dalam event kegiatan apapun menjadi penekanan. Pun dengan keberadaan Pasar Pendem dan Pasar Seton yang secara organik sudah mendatangkan massa dengan jumlah stabil.
Materi Geologis Bukit Sebutrong
Bukit batu dengan susunan material unik. Pada bagian titik utama berupa batuan kapur putih atau karst, yang sangat berbeda dengan perbukitan sekitarnya. Sedimen tegak dengan banyak fosil hewan laut, terkikis hujan memunculkan tekstur. Tidak luas, menjadi unik karena sangat berbeda dengan material sekitarnya yang bukit tanah merah dengan batuan andesit hitam. Di beberapa aliran sumber air, andesit ter ekspose berupa lempengan-lempengan tipis.
Destinasi ini menarik karena bentuk fisik dan ketinggian areanya, ditambah dengan view di sekitar. Meski ini semacam klise, yang hanya akan memposisikan Sebutrong sebagai obyek tambahan, karena serupa dengan unggulan destinasi di sekitar, Menoreh pada umumnya.
Dengan karakter geologis yang kuat, Sebutrong sangat berpotensi untuk pasar pokok, meski membutuhkan waktu. Target pasar juga lebih spesifik, namun bisa sangat luas dan stabil. Insight Sebutrong lebih lanjut kepada akademisi terutama minat khusus, geografi, geologi dan lain sebagainya. Pasar ini akan membawa Desa Wisata Pandanrejo kepada zona kuat edukasi yang mampu bersaing bahkan ke tingkat Asia.
Pengelolaan awal lebih ditekankan ke konservasi, bukan eksploitasi terutama terhadap bentuk material dan landscape Bukit Sebutrong. Mengikuti exposure Pandanrejo, Sebutrong akan dengan sendirinya terlihat, dan bahkan menjadi unggulan sejajar dengan Kambing PE.
About the author